Blog sharing informasi & berbagi pengalaman bersama ^_^ .

Minggu, 03 Juli 2016

Makam-Makam Sahabat Nabi di Kota Barus Tapanuli Tengah



Sebagai kota tua dan bersejarah serta telah menjadi kota yang mempunyai Bandar niaga (pelabuhan) internasional sejak sebelum Masehi menjadikan Kota Barus menjadi Kota yang mempunyai peninggalan sejarah penting bagi masuk dan perkembangnya agama Islam pertama kali di Nusantara. Kota Barus atau biasa disebut Fansur barangkali satu-satunya kota di Nusantara yang namanya telah disebut sejak awal abad Masehi oleh literatur-literatur dalam berbagai bahasa, seperti dalam bahasa Yunani, Siriah, Armenia, Arab, India, Tamil, China, Melayu, dan Jawa. Berita tentang kejayaan Barus sebagai bandar niaga internasional dikuatkan oleh sebuah peta kuno yang dibuat oleh Claudius Ptolemaus, seorang gubernur dari Kerajaan Yunani yang berpusat di Alexandria, Mesir, pada abad ke-2. Di peta itu disebutkan, di pesisir barat Sumatera terdapat sebuah bandar niaga bernama Barousai (Barus).
Sebagian bukti sejarah penting di Barus diantaranya berupa Makam Islam kuno dengan tulisan arab di batu Nisannya yang tinggi sekitar 1,5 meter dan berat sekitar ratusan kilogram pada kisaran Tahun 40 Hijriah atau meninggal setelah 40 Tahun terhitung sejak Hijrahnya Nabi Muhammad dari Makkah ke Madinah. Dengan mengacu umur manusia yang berkisar 60 tahun sd 100 tahun maka sangat logis dikatakan bahwa yang meninggal di Makam Islam kuno di Kota Barus Tapanuli Tengah Sumatera Utara adalah para sahabat Nabi Muhammad SAW.
Dari fakta sejarah yang ada terutama pada tulisan di Batu nisan Makam Islam kuno tersebut serta berdasar cerita turun-temurun di Barus terungkaplah sebagian nama sahabat Nabi Muhammad SAW yang dimakamkan di Kota Barus Tapanuli Tengah Sumatra Utara yaitu:
Sahabat Nabi di Makam Papan Tinggi Kota Barus Tapanuli Tengah
makam-papan-tinggi-barus
Sebuah penanda berupa tulisan arab di batu nisan yang terbuat dari batu cadas dengan tinggi sekitar 1,5 meter berat ratusan kilogram di pemakaman Papan Tinggi menyebutkan bahwa (sesuai yang tertulis di batu nisan) yang dimakamkan di tempat itu adalah sahabat nabi yang bernama Syekh Mahmud Fil Hadratul Maut yang ditahrikhkan pada tahun 34 H sampai 44 H.
Salah satu ukiran yang terpahat di batu nisan makam Syekh Mahmud yang berbunyi: “Fa Kullu Syai’un Halikun Illa Wajhullah” yang berarti, “Maka segala sesuatunya hancur kecuali Dzat Allah”.
Menurut sejarawan Djamaluddin Batubara, ajaran Islam yang disampaikan Syekh Mahmud kepada masyarakat Barus pada mulanya adalah ajaran yang menekankan pada Tauhid saja, yakni mengajak masyarakat pesisir Tapanuli untuk meng-esa-kan Tuhan, Allah SWT. Karena belum ada perintah melaksanakan hukum-hukum syariat Islam lainnya seperti Shalat dan puasa. Ayat-ayat Al-Qur’an yang dibawakanpun masih berupa berupa ayat-ayat Makiyyah atau ayat-ayat Al Quran yang diturunkan di Kota Makkah.
Sahabat Nabi di Makam Mahligai Kota Barus Tapanuli Tengah
makam-mahligai-barus
Makam Mahligai terletak di areal seluas 3 hektar di atas pebukitan DesaDakka, Kecamatan Barus Induk. Makam Mahligai didirikan oleh Tuan Syekh Siddiq, setelah dirinya mangkat meninggal dunia jenazahnya juga dikebumikan di kompleks pemakaman tersebut. Jumlah makam yang terdapat di tempat bersejarah itu, diperkirakan lebih kurang 215 makam dengan batu nisan yang besar dan kecil. Makam tersebut dengan ukiran bergaya Arab.
Salah satu makam di kompleks pemakaman Mahligai Tapanuli Tengah adalah makam Tuan Syekh Rukunuddin, 48 Hijriah atau abad ke 7 Masehi. Nisan makam Syekh Rukunuddin bertuliskan aksara Arab yang memiliki arti: “Tuan Syekh Rukunuddin, wafat malam 13 Syafar, tahun 48 Hijriah (48 H), dalam usia 102 tahun, 2 bulan, 10 hari atau Ha Min Hijratun Nabiy”. Nisan makam Syekh Rujunuddin hanya ada satu nisan, nisan beliau lainnya disimpan di museum purbakala di kota Medan sebagai bahan untuk penelitian. Menurut beberapa keterangan sejarah, Syekh Rukunuddin melanjutkan misi dakwah Syekh Mahmud yang dimakamkan di Makam Papan TInggi juga ada yang menyebutkan bahwa beliau adalah para murid dan pengikut dari Syeh Mahmud.
Selain makam syekh Rukunuddin, sebagian ulama besar penyebar Islam lainnya yang diketahui dimakamkan disini diantaranya Syekh Ushuluddin, Syekh Zainal Abidin Ilyas, Syekh Ilyas, Syekh Imam Khotib Mu’azzamsyah Biktiba’I, Syekh Syamsuddin, Tuanku Ambar, Tuan Kepala Ujung, Tuan Sirampak, Tuan Tembang, Tuanku Kayu Manang, Tuanku Makhdum.
Beberapa catatan pemerhati sejarah perkembangan Islam menyatakan, daerah penyebaran Islam yang dilakukan oleh Syekh Rukunuddin beserta ulama lainnya dimulai dari dusun Lobu Tua kemudian bergerak ke wilayah utara, kembali ke selatan hingga di ujung bukit dimana Makam Mahligai berada. Kemudian perjalanan da’wah dilanjutkan ke arah timur hingga ke Dusun Patumangan.
Makam Sahabat Nabi lainnya di Kota Barus Tapanuli Tengah
makam-makam-kuno-barus
Menurut cerita turun temurun terdapat makam aulia sejumlah 44 makam di: di Makam Tuan Batu Badan, yang terletak di atas bukit Desa Bukit Hasang, sekitar 2 kilometer dari kota Barus. Makam di Bukit Patupangan, di Kedai Gedang, di Janji Maria, di Sosor Gadong, di Kampung Solok dan di Uratan, di Kinali pinggir sungai Aek Sirana, di Sitiris-tiris, di Manduamas dan di perbatasan Aceh Selatan.
Arti Penting Pelestarian Sejarah Makam Sahabat Nabi di Barus Tapanuli
Sayangnya, terasa banyak sekali fakta-fakta sejarah yang hilang karena hingga kini kisah sejarah besar itu banyak di abaikan dan butuh upaya penyelamatan dan pelestarian sejarah. Karena berdasarkan informasi yang diperoleh Mistikus Cinta dari Syekh Mustafa Mas’ud Al Haqqani yang berasal dari Habib Qomar, bahwa di Tapanuli terdapat 1000 (seribu) makam wali Allah. Upaya pelestarian ini sebenarnya sudah dicontohkan oleh founding father kita Presiden RI pertama yaitu Bapak Presiden Ir. Soekarno dengan memugar dan membangun Makam Syeikh Mahmud di Papan Tinggi Kota Barus sebagai upaya penghormatan  dan penyelamatan sejarah penting awal masuknya agama Islam di Nusantara.
Inilah salah satu fakta sejarah penting bagi negeri ini khusunya umat Islam yang perlu dirawat dan dilestarikan dengan baik yang bersumber dari tulisan di Batu Nisan di Makam Islam Kuno di Kota Barus Tapanuli Tengah Sumatera Utara Indonesia. Coba kalau di makam Islam Kuno tersebut tidak ada batu nisannya atau ada batu nisannya tapi tidak ada tulisannya maka sejarah penting masuknya Islam pertama kali di Indonesia Bumi Nusantara tidak akan pernah terungkap. Dan anak cucu kita kelak tidaka akan mengenal nama-nama penyebar agama Islam yang berjasa besar dalam penyebaran aama Islam di Nusantara dan bahkan cenderung melupakannya serta menganggapnya hanya sekedar dongeng belaka ataupun malah hilang sama sekali dan dilupakan sejarah.
NB : diolah dari berbagai sumber dan terbuka untuk didiskusikan lebih lanjut

Sekian dari saya Regards, Doni Aldi L.Tobing